Ketapang:KM – GEMAR (Gerakan Ayah Mengambil Raport) bukan sekadar hadir di sekolah, tapi tentang hadir di perjalanan anak.
Saat ayah datang, anak merasa didukung.
Saat ayah peduli, semangat belajar tumbuh.
Dan dari kebersamaan sederhana ini, ikatan ayah dan anak jadi makin kuat.
Karena keterlibatan ayah hari ini, adalah bekal masa depan anak nanti.
Pada Jumat pagi, 19 Desember 2025, suasana SD Negeri 07 Delta Pawan tampak seperti biasa. Namun bagi Bupati Ketapang, Alexander Wilyo, S. STP.,M.Si yang juga merupakan seorang ayah, hari itu menjadi momen yang istimewa.
Ia datang bukan dalam kapasitas jabatan, melainkan sebagai orang tua
dari Amethya Rashi Gloria, siswi SD Negeri 07 Delta Pawan. Ia ingin memastikan langkah kecil anaknya tetap berada di jalur yang tepat.
Bupati mengaku senang ketika melihat senyum dari wajah sang anak yang hari itu menerima rapor hasil belajarnya. Senyum polosnya saat memegang selembar kertas berisi nilai menjadi pengingat bahwa pendidikan tidak semata angka, melainkan proses panjang membentuk karakter, kepercayaan diri, dan rasa tanggung jawab sejak dini.
Menurut bupati, kehadiran di sekolah bukan sekadar formalitas. Itu adalah bentuk dukungan nyata, bahwa anak tidak berjalan sendiri dalam proses belajarnya.
“Sebagai ayah, ia ingin selalu hadir, memberi dukungan, dan memastikan anak merasa dihargai atas setiap usaha yang ia lakukan,” ungkapnya.
Momen sederhana itu juga menyentuh sisi lain perannya sebagai Bupati Ketapang. Di balik status dan tanggung jawab publik, ia menyadari bahwa kualitas sumber daya manusia dimulai dari keluarga. Dari ruang kelas sederhana, dari perhatian orang tua, para guru dan dari lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak.
Pengalaman tersebut semakin meneguhkan komitmennya untuk memastikan setiap anak di Kabupaten Ketapang mendapatkan akses pendidikan yang adil dan berkualitas.
“Sebab, masa depan daerah ke depan ini bertumpu pada generasi yang hari ini masih duduk di bangku sekolah,” tuturnya.
Melalui Gerakan Ayah Mengambil Rapor (GEMAR), ia mengajak para ayah untuk meluangkan waktu hadir di sekolah anak-anak mereka. Kehadiran itu mungkin singkat, tetapi dampaknya besar bagi psikologis dan semangat belajar anak.
“Sekecil apa pun peran kita, kehadiran seorang ayah akan selalu berarti bagi masa depan anak,” pesannya.
Ia pun menekankan pentingnya sinergi antara keluarga, sekolah, dan pemerintah. Ketiganya harus berjalan seiring, saling menguatkan, demi melahirkan generasi penerus Ketapang yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kuat secara karakter.
Dari selembar rapor, tersimpan pesan mendalam: bahwa tanggung jawab seorang ayah bukan hanya mencari nafkah, tetapi juga hadir, mendampingi, dan menyiapkan masa depan anak dengan penuh cinta.**




